“Alhamdulilah kita didukung penuh dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) dan dibantu dua unit miniplan yang kita tempatkan di Desa Lubukmuda Kecamatan Siak Kecil dan Desa Pambang Kecamatan Bantan,” katanya lagi.
Sambung Herliyan, meskipun keberhasilan memproduksi energi alternatif dari pohon Nipah ini bukan hasil penemuan, tetapi akan terus disosialisasikan kepada masyarakat. Pemkab Bengkalis memberikan proporsional lebih besar terhadap produksi energi alternatif biokrosin atau sejenis minyak tanah dari pada bahan bakar sejenis Premium atau Pertamax.
“Proporsionalnya akan lebih kita produksi terhadap energi alternatif sejenis minyak tanah. Biaya produksi juga lebih rendah dari Rp 7 ribu. Saat ini masyarakat di pelosok pelosok desa sangat sulit mendapatkan minyak tanah untuk kebutuhan seperti penerangan atau memasak. Energi alternatif ini, kita akan prioritaskan kepada masyarakat rumah tangga miskin,” ujarnya.
Herliyan berharap, dengan keberhasilan memproduksi energi alternatif ini, memperoleh dukungan dari seluruh komponen masyarakat. Saat ini miniplan yang dikelola untuk menghasilkan Bioethanol baru mampu sebanyak 200 liter perhari dan memerlukan bahan baku Nira Nipah sebanyak 1.000 liter.
“Kita berharap miniplan ini dikembangkan terus kalau bisa ya 1.000 liter perhari. Dan ini akan membantu masyarakat miskin kita. Itu yang kita utamakan. Pengolahan Nira ini hemat biaya untuk menghasilkan energi alternatif siap pakai. Kemudian ini bisa didukung oleh semua pihak demi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Apalagi, untuk kompor memasak, api yang dihasilkan juga tidak kalah dari bahan bakar gas, apinya juga biru,” pintanya.***(dik)